KONSULTAN TOKO BANGUNAN
PAKAR, +62 813-9864-6177, 48 Juta Anak Indonesia Teracuni Timbal Cat
Konsultan Bahan Bangunan, Bisnis Jakarta 2018, Konsultan Bisnis Jakarta, Bisnis di Jakarta, Konsultan Manajemen Jakarta, Manajemen Bisnis Jakarta, Konsultan Manajemen di Jakarta, Konsultan Bisnis Depok.
48
Juta Anak Indonesia Teracuni Timbal Cat - BaliFokus, yayasan yang bergerak di bidang
kesehatan, lingkungan dan pembangunan melansir data mengejutkan. Yayasan yang
kini berganti nama menjadi Yayasan Nexus Kesehatan, Lingkungan dan Pembangunan
(Yayasan Nexus3) itu memaparkan jika ada 48 juta lebih anak Indonesia usia 0-9
tahun terpapar racun berbahaya timbal dari cat.
Penasehat Senior Yayasan BaliFokus/Nexus3, Yuyun
Ismawati menjelaskan, angka aman kadungan timbal pada cat yang direkomendasikan
WHO di bawah 90 ppm. Sementara dari hasil penelitiannya, masih banyak perusahaan
cat yang menggunakan timbal untuk produk mereka dengan kandungan yang amat
mengerikan.
Pada tahun 2013 dan 2015, Yayasan BaliFokus/Nexus3
melakukan penelitian terhadap produk cat yang banyak dijual di Indonesia.
Hasilnya, mayoritas perusahaan masih menggunakan timbale dalam jumlah tinggi.
Hanya tujuh perusahaan yang menggunakan timbal di bawah 90 ppm.
“Kami mengambil 78 sampel random dari toko dan kami
periksa ke laboratorium di Italia. Timbal yang terkandung dari sampel yang kami
kirim variatif mulai dari di bawah 90 ppm hingga 116 ribu ppm,” kata Yuyun di
sela penelitian mainan anak di sejumlah PAUD, TK, TPA dan SD di Denpasar,
Selasa 23 Oktober 2018.
Tahun 2015 lembaganya kembali melakukan penelitian
terhadap 121 sampel cat. “Yang paling tinggi tahun 2015 untuk kandungan
timbalnya berada pada angka 102 ribu ppm. Tapi jumlah perusahaan dengan
penggunaan timbal di bawah 90 ppm meningkat dari penelitian kita tahun 2013,
dari tujuh perusahaan menjadi 15 perusahaan,” katanya.
Menurutnya, banyak sekolah di Indonesia mulai dari
PAUD, TK, TPA dan SD yang menggunakan cat berwarna-warni. Padahal, cat berwarna-warni
mengandung racun timbal yang amat membahayakan bagi perkembangan otak anak dan
merusak sistem saraf.
“Di negara maju seperti Amerika dan Eropa sejak 50
tahun yang lalu ada pelarangan penggunaan timbal sebagai pewarna cat, karena
mereka tahu bahayanya. Di negara berkembang dan miskin masih banyak dijual (cat
mengandung timbal melebihi ambang batas aman sesuai rekomendasi WHO,” papar
dia.
Ia menjelaskan, mengapa penggunaan timbal pada cat di
negara berkembang dan miskin masih dipakai oleh perusahaan produsen cat.
sebabnya, kata dia, belum ada peraturan pemerintah yang melarang dengan tegas
perusahaan cat yang menggunakan timbal.
Banyak Sekolah Gunakan Cat
Warna-warni
“Di Indonesia, sekolah-sekolah justru menggunakan cat
warna-warni pada mainan mereka seperti ayunan dan lainnya. Artinya anak
terpapar setipa hari debu mengandung timbal. Mereka tidak sadar menghirup. Dari
seluruh dari keseluruhan, cat berwarna oranye mengandung paling banyak timbal
yakni 116 ribu ppm,” ujarnya.
Pada tahun 2014 pemerintah mengeluarkan SNI Nomor
8011:2014 yang menetapkan standar timbal dalam cat 600 ppm. Saat itu, Yuyun
mengaku terjadi negosiasinya alot sekali antara NGO, perusahaan cat dan
pemerintah.
“Kami dari NGO meminta ambang batasnya 90 ppm. Tapi
perusahaan cat meminta bertahap, karena tidak sanggup kalau langsung drastis
jadi 90 ppm. Sementara SNI Nomor 8011:2014 itu sifatnya sukarela saja kepada
perusahaan cat dan biasanya hanya berlaku dua tahun. Selanjutnya pemerintah
akan mengkaji ulang,” katanya.
Sejak tahun 2014, Yuyun mengaku NGO di Indonesia
terus mendorong pemerintah untuk mengeluarkan regulasi untuk mengontrol
penggunaan timbal. Sebab, pada tahun 2012 WHO mendorong untuk negara-negara
melarang penggunaan timbal di dalam cat.
“Sejak itu, kampanye itu pentingnya menjamin masa
depan anak-anak terus digelorakan oleh NGO di dunia. Nah, saat ini pekan
internasional keracunan dari timbal cat. Kami kembali mengingatkan komitmen
itu,” tutur Yuyun.
“Kalau pemerintah mau serius, mau melindungi bonus
demografi berkualitas, dari sejak TK anak-anak Indonesia harus dijamin semua
fasilitas mereka tidak mengandung bahan beracun,” tambah Yuyun.
Larang
Penggunaan Timbal
Yayasan BaliFokus/Nexus3 mendorong pemerintah untuk
melarang produksi, melarang impor, mendistribusikan dan meperjual-belikan serta
melarang penggunaan cat yang mengandung timbal.
“Tidak bisa sukarela lagi. Meracuni anak-anak tidak
bisa kita berikan perusahaan untuk sukarela dalam mengurangi timbalnya.
Risikonya besar sekali,” tegas dia.
“Industri cat tak boleh lagi menggunakan timbal. Itu
harus dilarang. Penggantinya sudah ada di Indonesia yang organik. tanpa timbal.
Beda biayanya hanya 4-5 persen bagi mereka yang mengganti dari timbal ke
organik,” papar dia.
Apalagi, tak semua spektrum warna yang dikeluarkan
oleh perusahaan mengandung timbal. Dari ratusan produk spektrum warna, Yuyun
menyebut hanya sekitar 20 spektrum warna saja yang mengandung timbal.
“Produsen itu kan memproduksi ratusan spektrum
warna. Yang menggunakan timbal sekitar 20 spektrum warna saja dari ratusan itu.
Sekarang, ini sudah menjadi seruan global. Pemerintah harus melarang kalau
serius mau melindungi 48 juta anak-anak Indonesia,” urainya.
Ia mengimbau kepada pihak sekolah yang masih
menggunakan cat warna-warni untuk rajin membersihkan agar debu timbal tak terus
terhirup oleh anak-anak.
“Dibersihkan dengan cara di-lap, lalu lantai selalu
dibersihkan, di-pel. Timbal dalam debu terserap 50 persen pada anak, 10 persen
orang dewasa,” kata Yuyun.
Industri yang kami layani :
>>> Retail / Ritel : Segala jenis toko ;
Toko Buku, Toko Bangunan, Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Toko Buah, Toko
Obat / Apotik, Baby Shop, Pet Shop, Toko Roti / Bakery, Dll.
>>> Manufacture / Pabrik : Segala Jenis
Pabrik ; Pabrik Makanan & Minuman, Pabrik Plastik, Pabrik Kertas, Dll.
>>> Service : Hotel, Restoran, Printing,
Cafe, FnB, F & B, Laundry, Wedding, Fashion Design, Barber Shop, Dll.
>>> Start Up : Segala Jenis Industri.
sumber : liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar